Otodidak Operasikan Komputer


Saya "Marlen Lumban Gaol" pada tahun 1997 sudah berhadapan dengan Komputer Pentium I waktu bekerja di kantor Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Jakarta Timur.

Pada waktu itu berkeinginan mengoperasikan Komputer, namun tidak berani karena buata tentang Komputer. Dikantor Gapensi sudah ada satu orang spesialis khusus mengoperasikan Komputer tetapi sungkan untuk bertanya kepadanya, sebab dan katanya harus sekolah untuk mengoperasikan Komputer. dibalik itu, barang benda Komputer adalah barang yang sangat mahal pada waktu itu. Maka saya tidak berani menawarkan diri untuk belajar mengoperasikan Komputer.

Pada tahun 1999, saya aktif di media cetak Koran Aspek. Setiap hari berhadapan dengan rental Komputer untuk mengetik berita untuk dikirim ke kantor redaksi melalui mesin fax di warung telepon (wartel). Jasa mengetik berita dikenakan biaya Rp 1.500/lembar. Sembari menunggu antrian sering sayq sewa komputer lainnya untuk main game tembak bola lingkar, namun untuk belajar mengetik tidak ada waktu karena mungkin sudah fokus main game tembak bola lingkar.

Pada tahun 2000 diusia 30 tahun, saya diperbantukan sebagai editor rilis berita, tetapi semua rilisan manual tulisan pulpen dikertas folio, lima (5) berita dan terkadang sepuluh (10) berita sudah membuat pusing apabila saya baca ulang untuk penyempurnaan tata letak format berita. Tekanan dari masalah itu saya berniat harus bisa mengetik berita menggunakan Komputer.

Langkah utama saya lakukan untuk belajar mengetik di rental komputer, tetapi tidak berhasil karena saya sudah lebih tua dari pengunjung lainya yang ada dirental komputer. Mereka (langganan) rental adalah anak mahasiswa dan sebagian anak yang masih duduk di bangku sekolah menengah tingkat atas (SMA), saya merasa minder (malu) melihat mereka cukup lincah jarinya memainkan keyboard komputer dan apalagi untuk bertanya kepada mereka saya sangat tidak kuasa sebab saya sudah sangat jauh pengetahuan dari mereka dan juga dipandang dari usia antara mereka dengan aku sudah cukup beda jauh usia.

Dibalik itu saya berpikir dan bertindak harus membeli Komputer walau pun saya tidak bisa mengoperasikan komputer. Ketika itu saya membeli komputer bekas (seken) dengan harga Rp 2.000.000 Pentium II. Setelah Komputer berada dirumah, saya mulailah belajar membuka word dari anak tetangga yang masih duduk di bangku sekolah. Selanjutnya, untuk kebutuhan lainya dari komputer semua saya pelajari sendiri.